Langit Yang Sendiri

Minggu, 01 Agustus 2010














aku lelah
ketika tak sampai batasku menerka
apa tafsir hujan terhadap pelangi?

siluet bergaris jingga
akar-akar warna merambat
pelan..
dan mengendap kedalam perut cakrawala
sirna..

belum!!
aku masih belum mengerti
sebuah alasan untuk kehilangan
kebahagiaan,
palsu!
semu..

begitu mudahkah?
kau torehkan rona di sudut itu,
lalu membiarkannya kusam
seperti langit yang sebentar lagi kehilangan warna
lalu tersesat,
karena salah menimbang cuaca.

Elegi Sebuah Mimpi

Ketika aku tersesat dalam penjara kata
tak mampu ungkapkan sebait dahaga
dari rindu debu
yang menghamba kepada langit
menunggu hujan
Hilang harapanku,patah
sebaris kalimat hilang
dalam ludah
yang mengecap asin dan pahitnya kenyataan
Getir memang....
bila kau coba selami rasa
dari warna pelangi
dan jingga mata gadis penenun sutra
Aku yang tertinggal dalam kata
Selamanya menjadi cerita...

Biarkan Sehari Ini Berlalu

Sabtu, 31 Juli 2010

bukan keputus asaan yang kutanam
sehingga kau patut untuk mengeluh
yang kuminta hanya sejenak waktu
untuk sekedar bersandar di pundak malam
jangan!!
kau hakimi aku dengan dikte itu
karena aku bukan robot
bukan mesin pemotong rumput
yang hanya butuh solar
tanpa kenal sisi jenuh
dunia..
Cinta..
tak bisa gantikan rasa lelah
dia hanya alkohol
mengikis kewarasan tepian otakmu
biarkan..
malam ini kutepikan semua
dogma-dogma yang kau sebut kewajiban
itu..!
mari tanggalkan
hanya sejenak
rasakan, bahwa pandanganmu
hanya paksaan yang berlebihan.

CERITA UNTUK SEBUAH KENANGAN

Langit tak lagi seindah kemarin,saat kau masih berada di sisiku dan menemaniku menghabiskan detik - detik terakhir di kota ini, kota yang selalu membagi kenangan untuk kita. Pahit, manis, canda, tawa bahkan air mata telah habis tertumpah disini. "Lalu apa bekalku untuk perjalanan kali ini?" hanya sepatah kata "selamat tinggal" dan seikat senyum yang menghambar tertelan lautan yang semakin membentangkan jarak antara pulaumu dan tujuanku. Aku dipaksa melangkah oleh usia dan tanggung jawab yang tak pernah mengerti akan rasa yang kuderita "KEHILANGANMU".

Satu hari satu malam aku berlayar dalam lautan bimbang, hingga saat matahari mulai menggaris warna di tepian kaki langit aku tersadar bahwa tempatmu tlah benar - benar hilang dari pelukan mataku, untuk sementara atau mungkin untuk selama - lamanya. Ingin rasanya aku berpaling dengan kerinduan ini dan mengejarmu, lalu ku ucapkan kata "sungguh aku tak sanggup menjauh darimu, walau sejengkal kaki ini melangkah" namun...aku tlah terlanjur terjerat dan terpenjara dalam sebuah ruang yang kunamai KEPUTUSAN.

Dengan berat hati aku palingkan wajah,ketempat baru,tujuanku. Kutanggalkan semua kenangan tentang dirimu kedalam samudera hatiku yang paling dalam, karena ku tahu kita telah bermimpi di tempat yang berbeda. Aku dengan tujuan dan tanggung jawabku dan kau.....mungkin tak lagi sanggup menunggu...

KEANGKUHANMU

kau malam
dan akan selalu jadi malam
kau tak rindu akan rembulan
juga tak mengharap pelukan bintang
milikmu hanya gelap
rasa yang enggan untuk kau bagi
kau hanya memberi sepi
antara pelukan ranjang dan sepotong mimpi
sunyi....
ribuan teriakan batin
yang patah dan tertelan ludah
kau biarkan mengering di seberang cuaca
acuh...
kau tak menoleh
sedangkan ribuan panggilan menjejalkan namamu
begitu juga aku
yang pernah berangan menerangi gelapmu
tapi kau jadikan aku kerdil
di bawah bentangan sayap warnamu
dalam ke-AKU-anmu
yang tak dapat aku terjemahkan